- ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Kumpulan asuhan keperawatan

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Thursday, May 31, 2012


Pengertian

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih  ( Rustam Muctar, 1998 ). Tidak berbeda dengan definisi Rustam, Manuaba ( 1998) mendefinisikan bahwa preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 ) mendefinisikan bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000). Menurut kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria.


Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa preeklampsia     (  toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan poteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.

2. Etiologi / Faktor Penyebab

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.


Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
Peran faktor imunologis.
Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
Peran faktor genetik /familial
Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

3. Faktor Predisposisi 
Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
Hidrops fetalis
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun

4. Klasifikasi

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

v  Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream. 

v  Preeklampsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.



5. Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan  aliran darah. Perubahan ini menyebabkan  prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.  Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan  menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin. 

Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.

 ( Pathway terlampir )


ANALISA DATA

DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
MASALAH
DS: klien mengatakan “Kepala saya terasa gliyer dan badan kecapean, hamil anak ketiga yang lalu tekanan darah meningkat sampai 170, tapi anak pertama dan kedua tidak”
DO: tekanan darah 160/100 mmHg

DS: klien mengatakan “Ini hamil yang kelima, saya selau control disini, saya memakai KB suntik tapi sudah dua kali gagall, besok saya mau steril saja. Kira-kira bisa kan mbak?”
DO: klien seorang G5P3A1, berusia 41 tahun

DS: klien mengatakan “Sekarang saya minumnya banyak dan kencingnya juga banyak, tetapi seringnya pada malam hari dan juga sering belum sampai di kamar mandi kencing udah keluar”
DO: klien hamil 14 minggu
















Tekanan intra abdomen yang tinggi pada kehamilan


PK: Preeklamsi






Perilaku mencari pelayanan kesehatan mengenai kontrasepsi






Inkontinensia urin stress

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      PK: Preeklamsi
2.      Inkontinensia urine stress b/d tekanan intra abdomen yang tinggi pada kehamilan
3.      Perilaku mencari pelayanan kesehatan mengenai kontrasepsi


RENCANA PENDIDIKAN KESEHATAN
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
PK: Preeklamsi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perawat dpatrt meminimalkan komplikasi preeklamsi yang terjadi dengan kriteria hasil:
-     Tanda-tanda vital dbn
-     Tidak terjadi kejang
-     Edema ekstremitas berkurang
-     Pantau tanda dan gejala adanya preeklamsi
-     Anjurkan klien untuk diet tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5-7 gr per hsri dan 6-8 gelas air perhari
-     Anjurkan klien untuk istirahat dengan posisi lateral rekumben kiri
-     Ajarkan klien tanda-tanda bahaya preeklamsi dan segera melaporkan jika hal itu terjadi
-     Kolaborasi pemberian obat antihipertensi sesuai indikasi
-     Kolaborasi pemberian obat anti kejang sesuai indikasi


Mengurangi edema yang terjadi



Meningkatkan aliran plasma ginjal dan perfusi plasenta
Dapat mengambil tindakan lebih dini

Untuk menurunkan tekanan darah

Untuk mencegah kejang (eklamsi)
Inkontinensia urine stress b/d tekanan intra abdomen yang tinggi pada kehamilan

Urinary continence Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memilki system urinary yang kontinen, dengan kriteria hasil:
-     Mengenali keinginan untuk berkemih
-     Pengosongan kandung kemih secara lengkap
-     Pola eliminasi urin dalam batas normal
-     Mampu memulai dan menghentikan aliran urin

Urinary Incontinence Care:
-     Identifikasi penyebab multi factorial dari inkontinen
-     Jelaskan kepada klien penyebab dari timbulnya inkontinensia dan tindakan-tindakan yang mungkin untuk mengatasinya
-     Diskusikan cara-cara mengatasi inkontinensia dengan klien dan hasil yang diharapkan klien
-     Modifikasi pakaian dan lingkungan untuk menyediakan akses yang mudah untuk pergi ke toilet
-     Bersihkan area kulit genitalis secara teratur
-     Berikan umpan balik positif pada klien ketika terjadi penurunan episode inkontinensia
-     Batasi minuman yang mengiritasi kandung kemih (seperti: kopi, teh, dan coklat)
-     Rujuk klien ke spesialis inkontinensia urin, jika hal tersebut diperlukan
Pelvic floor exercise:
-     Kaji kemampuan klien untuk mengenali keinginan untuk berkemih
-     Ajarkan pasien untuk menghentikan dan memulai pengeluaran urin
-     Anjurkan pasien untuk untuk meminimalkan kontraksi pada abdomen, paha, pantat atau menahan nafas ketika mulai melakukan aktivitas
-     Pada klien wanita, ajarkan mengindentifikasi otot pubokoksigeal dengan cara meletakkan jari tangan di vagina dan dan melakukan latihan penekanan (penguatan) pada otot tersebut

Mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi inkontinensia











Mencegah iritasi karena inkontinensia



Mengurangi inkontinensia








Melatih kandung kemih






Penguatan otot pobokogsigeal membantu mengurangi inkontinensia
Perilaku mencari pelayanan kesehatan mengenai kontrasepsi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat meningkatkan status kesehatannya dengan kriteria hasil:
-     Dapat menjelaskan tentang jenis, keuntungan, kerugian dan efek samping alat kontrasepsi
Health Education:
-     Identifiksi faktor internal dan eksternal yang bisa meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat
-     Kaji status kesehatan dan gaya hidup klien dan keluarga
-     Kaji nilai dan kepercayaan tentang kesehatan yang dimiliki klien dan keluarga
Teaching: kontrasepsi
-     Jelaskan tentang jenis-jenis kontrasepsi
-     Jelaskan tentang keuntungan dan kerugian dari jenis-jenis kotrasepsi tersebut
-     Jelaskan tentang efek samping pemakaian kontrasepsi

Mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki klien untuk berperilaku sehat










IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO DX
JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1













2














3
10 15



10 30



11 30





10 35

10 40




10 50







11 00


11 10
Mengukur berat badan klien
Mengukur tanda vital
Mengkaji adanya riwayat tekanan darah tinggi saat hamil
Mengajurkan klien untuk rileks dan tidak tegang saat diperiksa
Menganjurkan klien untuk minum obat yang diberikan secara teratur
Mengukur tekanan darah
Menganjurkan klien untuk control secara teratur



Mengkaji inkontinensia yang dialami klien
Menjelaskan tentang penyebab inkontinensia kepada klien dan keluarga
Menganjurkan klien untuk menghindari minuman kopi dan teh yang mengiritasi kandung kemih
Menganjurkan kepada klien untuk membersihkan area kulit genital setelah buang air kecil
Menganjurkan kepada klien untuk memakai pakaian yang mudah dibuka ketika ingin buang air kecil


Mengkaji alasan klien ingin steril (tubektomi)
Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian tubektomi
Menjelaskan tentang syarat-syarat tubektomi
S: klien mengatakan hamil anak ketiga tekanan darah juga meningkat, klien mengatakan akan minum obat dan kontrol secara teratur
O: berat badan 62 kg, tanda-tanda vital TD: 150/100 mmHg, N: 90x/m, RR: 24x/m, oedem ringan pada kaki
A: tujuan tercapai sebagian
P: ajarkan tanda-tanda preeklamsi dan eklamsi pada kunjungan berikutnya


S: klien mengatakan akan menghindari minuman teh atau kopi, agar lebih bisa menahan kencing
O: klien tampak paham dengan penjelasan yang diberikan
A: tujuan tercapai sebagian
P: Ajarkan pelvic floor exercise pada kunjungan berikutnya







S: klien mengatakan sekarang paham tentang syarat-syarat steril
O: klien dapat menjelaskan keutungan dan kerugian tubektomi dengan baik
A: tujuan tercapai sebagian
P: ajarkan klien tentang metode kontrasepsi yang lain pada kunjungan berikutnya

No comments:

Post a Comment

”komunitas

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here