Askep Anemia - ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Kumpulan asuhan keperawatan

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, July 29, 2012

Askep Anemia


ANEMIA


I.             TEORI
A.    Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.  Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

B.     Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.  Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.



Anemia
viskositas darah menurun
resistensi aliran darah perifer
penurunan transport O2 ke jaringan
hipoksia, pucat, lemah
beban jantung meningkat
kerja jantung meningkat
payah jantung


C.    Etiologi:
1.      Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2.      Perdarahan
3.      Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4.      Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper

D.    Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.      Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a.          Anemia aplastik
Penyebab:
-    agen neoplastik/sitoplastik
-    terapi radiasi
-    antibiotic tertentu
-    obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
-    benzene
-    infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
Gangguan sel induk di sumsum tulang
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
Pansitopenia
Anemia aplastik

Gejala-gejala:
-    Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
-    Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik

b.      Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
-    Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
-    Hematokrit turun 20-30%
-    Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin

c.          Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan




d.      Anemia defisiensi besi
Penyebab:
-    Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
-    Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
-    Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis
Absorbsi besi dari usus kurang
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
 Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:
-    Atropi papilla lidah
-    Lidah pucat, merah, meradang
-    Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e.          Anemia megaloblastik
Penyebab:
-    Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
-    Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu
Gangguan maturasi inti sel darah merah
Megaloblas (eritroblas yang besar)
Eritrosit immatur dan hipofungsi

2.      Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
-    Pengaruh obat-obatan tertentu
-    Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
-    Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
-    Proses autoimun
-    Reaksi transfusi
-    Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
Antigesn pada eritrosit berubah
Dianggap benda asing oleh tubuh
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
Anemia hemolisis

E.     Tanda dan Gejala
o   Lemah, letih, lesu dan lelah
o   Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o   Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
F.     Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o   gagal jantung,
o   parestisia dan
o   kejang.
G.    Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
o   Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
o   Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o   Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

H.    Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1.      Anemia aplastik:
o   Transplantasi sumsum tulang
o   Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.      Anemia pada penyakit ginjal
o   Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o   Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.      Anemia pada penyakit kronis
o Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.      Anemia pada defisiensi besi
o Dicari penyebab defisiensi besi
o Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5.      Anemia megaloblastik
o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.


II.          DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG MUNGKIN MUNCUL
1.      Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3.      Kurang pengatahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang informasi.
4.      Resiko Infeksi. Faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5.      perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
6.      Deficite self care b.d kelemahan
7.      Resiko jatuh
8.      PK anemia

III.       PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Dx.
NOC
Indikator
Nic Label
intervensi
rasional
1
Klien dapat menoleransi aktivitas&melaku
kan ADL dgn baik
KH:

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dgn TD, HR, RR yang sesuai
-Menyatakan gejala memburuknya efek dari OR&menyatakan onsetnya segera
-Warna kulit normal,hangat&kering
Memverbalisa-sikan pentingnya aktivitasseca-ra bertahap
Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan&istira
hat
-↑toleransi aktivitas

Toleransi aktivitas
1.    Menentukan penyebab intoleransi aktivitas&menentukan apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi
2.    Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien sehari-hari
3.    ↑ aktivitas secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan posisi, berpindah & perawatan diri
4.    Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor gejala intoleransi aktivitas
5. Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing, gangguan kesadaran&tanda vital
6. Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi aktivitas
Menentukan penyebab dapat membnatu menentukan intoleransi


Terlalu lama bedrest dapat memberi kontribusi pada intoleransi aktivitas
Peningkatan aktivitas membantu mempertahankan kekuatan otot, tonus



Bedrest dalam posisi supinasi menyebabkan volume plasma→hipotensi postural&syncope
TV&HR respon terhadap ortostatis sangat beragam



Ketidakaktifan berkontribusi terhadap kekuatan otot&struktur sendi
2
Status nutrisi

*Pemasukan yang adekuat
*Tanda-tanda malnutri si *Membran konjungtiva dan mukos tidk pucat
*Nilai Lab.:
Protein total: 6-8 gr%
Albumin: 3.5-5,3 gr %
Globulin 1,8-3,6 gr %
HB tidak kurang dari 10 gr %

Therapi gizi
Monitor masukan cairan dan makanan dan hitung kalori makanan dengan tepat
*berikan Pen-Kes tentang pentingnya gizi

* Kolaborasi ahli gizi



*Pastikan diet gizi serat dan buah-buahan yang cukup
*pantau lab jika perlu

*evaluasi tanda-tanda kekurangan gizi

Mengantisipasi kekurangan gizi

*Meningkatkan pengetahuan ps dan keluarga

*Menentukan jumlah kalori dan jenis makanan yang diperlukan ps untuk memenuhi persyaratan gizi
*Mencegah konstipasi atau sembelit, Mencegah penurunan nafsu makan
*Penanda pemenuhan keb.gizi
*Mencegah terjadinya gizi buruk
3
Pengeta-huan tentang penyakit,
Ps mampu:
 Menjelaskan kembali tentang proses penyakit, mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas
Pengetahuan penya-kit

1.       Jelaskan tentang proses penyakit

2.       Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan
3.       Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi
4.       Tanyakan kembali pengetahuan ps tentang penyakit, prosedur prwtn dan pengobatan
Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas
Mempermudah intervensi


Mencegah keparahan penyakit

Mereviw
4
Kontrol infeksi dan kontrol resiko

Ø Bebas dari tanda-tanda infeksi
Ø Angka leukosit normal
Ø Ps mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi
Ø Tidak ada ulkus/luka
manajemen infeksi
Aktifitas:


































Kontrol infeksi
Aktifi
tas:

1. Amati tanda2 infeksi dan peradangan, spt demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen, urine wrna keruh atau berkabut.
2. Tingkatkan uapaya pencegahan (cuci tangan semua orang yg b.d Ps termasuk pasiennya sendiri setiap kali akan melakukan aktifitas untuk membantu ps
3. Pencegahan tehnik aseptic untuk semua prosedur invasive

4. Auskultasi bunyi nafas





5. Lakukan perubahan posisi dan anjurkan ps untuk batuk efektif/nafas dalam jika ps sadar dan kooperatif



6. Kaloborasi medis untuk pemeriksaan kultur sensitifitas sesuai indikasi
7. Kelola antibiotik sesuai order

1. Batasi pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat ps
3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup
4. Anjurkan istirahat cukup

5. Pastikan penanganan aseptic daerah IV
6. Berikan PEN-KES tentang risiko infeksi
1. Ps mungkin masuk dg infeksi yg bisanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial
2. mencegah INOS







3. kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
4. Ronki mengidentifikasi adanya akumulasisi secret yang mungkin b.d pnemonia/bronchitis (mungkin sebagai pencetus KDA).
5. Membantu dalam memventilasikan semua derah paru dan memobilisasikan secret, mencegah secret tidak statis dg terjadinya peningkatan terhadap resiko infeksi
6. mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih th/ antibiotik yang terbaik
7. Penanganan awal dpt mencegah timbulnya sepsis

1. Mencegah infeksi sekunder
2. Mencegah INOS

3. Meningkatkan daya tahan tubuh
4. Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi
5. Mencegah tjdnya infeksi

6. Meningkatkan pengetahuan ps

5
Perawatan diri : (mandi, berpakai-an), setelah diberi motivasi perawatan selama 2x24  jam, ps mampu melakukan mandi dan berpakaian sendiri dg:

Ø Tubuh bebas dari bau dan menjaga keutuhan kulit
Ø Menjelaskan cara mandi dan berpakaian secara aman
Membantu perawatan diri pasien
Aktifi
tas:
 
ADL berpakaian
Aktifi-tas:

1. Tempatkan alat-alat mandi disamping TT ps
2. Libatkan keluarga dan ps
3. Berikan bantuan selama ps masih mampu mengerjakan sendiri

1. Informasikan pd ps dlm memilih pakaian selama perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat yg mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy ps

5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
1. Mempermudah jangkauan

2. Melatih kemandirian
3. Meningkatkan kepercayaan



1. Memudahkan intervensi


2. Melatih kemandirian


3. Menghindari nyeri bertambah
4. Memberikan kenyamanan
5. Memberikan kepercayaan diri ps











DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian  perawatan  Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

I Nyoman DS, Bakri.B, Fajar I., 2001, Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


No comments:

Post a Comment

”komunitas

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here